Bab I
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “KERAJAAN TARUMANAGARA” Makalah ini berisikan tentang informasi
Pengertian atau yang lebih khususnya membahas Proses Berkembangnya Negara
Tradisonal Hindu-Budha di Indonesia khususnya di KERAJAAN TARUMANAGARA,
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang KERAJAAN
TARUMANAGARA.
Kami
menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Amin.
Bab II
KERAJAAN
TARUMANEGARA
Sumber
Sejarah
Bila menilik
dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau
catatan yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan
Tarumanegara. Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan
sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun
417 ia
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11
km).
Bukti
keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang
ditemukan. Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di
Lebak Banten.
Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun
382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati
(wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
Bukti kerajaan
Bukti
keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui
melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari
dalam negeri berupa prasasti batu
yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari
prasasti-prasasti ini diketahui bahwa Kerajaan Tarumanegara dibangun oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman tahun 358 M dan beliau memerintah
sampai yahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai
Gomatri (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
Beberapa
prasasti peninggalan kerajaan Tarumanagara:
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai
Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam
bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam
laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman
.
Gambar
telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
- Cap telapak kaki melambangkan
kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti
tersebut).
- Cap telapak kaki melambangkan
kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus
penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan
Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa
sekaligus pelindung rakyat
Prasasti
Jambu
Prasasti Jambu atau
prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu,
sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti
ini juga menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar
telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.
Prasasti
inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi
dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri
purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam
arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram
shalyabhutam ripunam.
Terjemahannya
menurut Vogel:
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya
bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak
dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak
kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu
menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi
merupakan duri bagi musuh-musuhnya.
Prasasti
Kebonkopi
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan
Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak
kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah
tunggangan dewa Wisnu.
Prasasti
Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam
aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan
telapak kaki.
Prasasti
Pasir awi
Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam
aksara ikal yang belum dapat dibaca.
Prasasti
Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di
tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti
ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan
keberanian raja Purnawarman.
Prasasti
Tugu
Prasasti Tugu di Museum Nasional
Prasasti Tugu ditemukan
di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada
sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan
prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui
dari prasasti tersebut
Hal-hal yang
dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:
- Prasasti Tugu menyebutkan nama
dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan
Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan
tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga
secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai
Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
- Prasasti Tugu juga menyebutkan
anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang
disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan
Februari dan April.
- Prasasti Tugu yang menyebutkan
dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu
ekor sapi yang dihadiahkan raja.
Prasasti
Pasir Muara
Di Bogor,
prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti
Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat
asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n
desa barpulihkan haji su-nda
Terjemahannya
menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8)
panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
Prasasti
Telapak Gajah
Dua arca Wishnu dari Cibuaya,
Karawang, Jawa Barat. Tarumanagara sekitar abad ke-7 Masehi. Mahkotanya yang
berbentuk tabung menyerupai gaya seni Khmer Kamboja.
Prasasti
Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu
baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam
padadavayam
Terjemahannya:
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti
Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Menurut
mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang
dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I,
sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah
tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara
berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota
yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah.
Sumber berita dari luar negeri
Sumber-sumber
dari luar negeri semuanya berasal dari berita Tiongkok.
- Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang
berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa")
hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak
adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor"
(maksudnya animisme). Ye Po Ti selama ini sering dianggap sebutan Fa
Hien untuk Jawadwipa, tetapi ada pendapat lain yang mengajukan bahwa Ye-Po-Ti
adalah Way Seputih di Lampung, di daerah aliran way seputih (sungai
seputih) ini ditemukan bukti-bukti peninggalan kerajaan kuno berupa punden
berundak dan lain-lain yang sekarang terletak di taman purbakala Pugung
Raharjo, meskipun saat ini Pugung Raharjo terletak puluhan kilometer dari
pantai tetapi tidak jauh dari situs tersebut ditemukan batu-batu karang yg
menunjukan daerah tersebut dulu adalah daerah pantai persis penuturan Fa
hien
- Berita Dinasti Sui,
menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo
("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
- Berita Dinasti Tang, juga
menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo.
Dari tiga
berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian
kata-katanya sama dengan Tarumanegara.
Maka
berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui
beberapa aspek kehidupan tentang Taruma.
Kerajaan
Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan
prasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah
Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut
prasasti Tugu, meliputi hapir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten,
Jakarta, Bogor dan Cirebon.
Kerajaan
Tarumanegara dibangun Rajadirajaguru Jayasingawarman taun 358 M. Dheweke
merentah ngantek taun 382 M. Jayasingawarman jane sekang Ceylan (Srilangka
siki) India, sing ngungsi ming Nusantara merga bangsane kalah perang.
Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ana nang sekitar kali Gomatri (siki
wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara kiye ialah kelanjutan sekang Kerajaan Salaknegara.
Raja-Raja Tarumanegara
- Rajadirajaguru Jaya
Singawarman taun 358 - 382 M
- Dhamayawarman taun 382 - 395 M
- Sri Purnawarman taun 395 - 434
M
- Wisnuwarman taun 434 - 455 M
- Indrawarman taun 455 - 515 M
- Candrawarman taun 515 - 535 M
- Suryawarman taun 535 - 561 M
- Kertawarman taun 561 - 628 M
- Sudhawarman taun 628 - 639 M
- Hariwangsawarman taun 639 -
640 M
- Nagajayawarman taun 640 - 666 M
- Sang Linggawarman taun 666 -
669 M
- Tarusbawa taun 669 - 670 M
Bab
III
Kesimpulan
Kerajaan Tarumanagara merupakan Kerajaan yang
berkembang dengan tradisi Hindu dari India. Kerajaan ini merupakan Kerajaan
Hindu pertama di pulau jawa yang terletak di Jawa Barat yang berdiri, pada abad
5 masehi. Keterangan adanya Kerajaan Tarumanagara diperoleh dari Cina.
Keberadaan Kerajaan Tarumanagara dibuktikan dengan adanya beberapa prasasti
peninggalannya. Perkembangan kehidupan sosial masyarakatnya juga sudah baik
ditunjukkan oleh pembuatan sungai gomati untuk mencegah banjir yang dilakukan
oleh masyarakat secara gotong royong dan rasa kesetiakawanan sosial pada
masyarakat. Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun
417 ia
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11
km).
Kerajaan
Tarumanagaramengalami keruntuhan pada akhir abad ke-7 masehi karena ditaklukkan
oleh Kerajaan Sriwijaya (pada prasasti Kotakapur).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar