Isi :
PLATYHELMINTHES
Platyhelminthes
adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan). Filum ini mencakup semua cacing pipih
kecuali Nemertea, yang dulu merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes,
yang telah dipisahkan.
1.Ciri-ciri
Tubuh pipih dosoventral
dan tidak bersegmen.
Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut,
atau sebagai parasit di dalam tubuh
organisme lain. Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya.
Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3
cm), Bipalium yang hidup di balik lumut lembap (panjang mencapai
60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita.
2.Struktur dan fungsi tubuh
Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata
karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma,
dan mesoderma.
Namun, mesoderma cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya
tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.
2.1.Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi
oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring,
dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus
yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna
makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan
sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus. Cacing pipih tidak
memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem
gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan
dari tubuhnya melalui proses difusi.
2.2.Sistem syaraf
- Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang
paling sederhana. Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut
sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan
berjumlah sepasang. Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf
sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan
serabut saraf melintang.
- Pada
cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun
dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf
sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel
pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara).
2.3.Indera
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem
penginderaan berupa oseli,
yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata
tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh
cacing pipih memiliki indera meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya.
Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga),
statosista (pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah
aliran sungai). Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi
yang disebut protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran berpembeluh yang
berakhir di sel api.
Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau lebih. Sedangkan, sisa
metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara difusi melalui dinding sel.
2.4.Reproduksi
Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini
tergolong hermafrodit.
3.Klasifikasi
Platyhelminthes
dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda
(cacing hisap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita).
- Kelas
Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan bulu getar
sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.
- Kelas
Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk
melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit
pada manusia dan hewan. Beberapa contoh Trematoda adalah Fasciola
(cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma.
- Kelas
Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini
merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata Spesies ini menggunakan skoleks
untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan
menggunakan telur
yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer.
4.Siklus Hidup Platyhelminthes
4.1.Fasciola hepatica
Telur (bersama feces) -> larva bersilia
(mirasidium) -> siput air (lymnea auricularis atau lymnea javanica) ->
sporosista -> redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput ->
menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk kista (metaserkaria) ->
dimakan domba(hepatica)/sapi(gigantica) -> usus -> hati -> sampai
dewasa
4.2.Chlornosis sinensis
Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput
air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria ->
keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di ototnya) ->
membentuk kista (metaserkaria) -> ikan dimakan -> saluran pencernaan
-> hati -> sampai dewasa
4.3.Schistosoma javanicum
Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput
air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria ->
keluar dari tubuh siput -> menembus kulit manusia -> pembuluh darah vena
4.4.Taenia saginata / Taenia Solium
Proglotid (bersama feces) -> mencemari makanan
babi -> babi -> usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran darah
-> otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus manusia (sistiserkus
pecah -> skolex menempel di dinding usus) -> sampai dewasa di manusia
-> keluar bersama feces.
5.Penyakit yang disebabkan Platyhelminthes
Beberapa spesies Platyhelminthes dapat
menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Salah satu diantaranya adalah
genus Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air
tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat
terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati,
limpa, dan ginjal manusia. Kerusakan tersebut disebabkan perkembangbiakan
cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga menyebabkan reaksi imunitas.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia. Contoh lainnya adalah Clonorchis
sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya. Spesies ini dapat menghisap darah manusia.
Pada hewan, infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella
didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara
menghisap cairan tubuh udang tersebut.
Lucky Day - Get Lucky Day casino bonuses - Goyang FC
BalasHapusLooking to get the 강원랜드 떡 Lucky Day Lucky Day slots 마틴게일전략 bonus to play the slots? 사다리 사이트 At Goyang we have all 식보 the 토토 사이트 해킹 games you need for a good start to the casino gambling adventure.